background
JENESYS (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) programme merupakan short program atau program pertukaran pelajar jangka pendek yang juga masih merupakan program dari AFS Intercultural Program. JENESYS programme terinisiasi ketika Mr. Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang mengumumkan pada saat 10th ASEAN-Japan Summit Meeting dan 2nd EAS pada bulan Januari 2007 bahwa Jepang mengundang sekitar 6.000 pelajar setiap tahun selama 5 tahun ke Jepang dalam rangka membangun solidaritas di Asia. Pemerintah Jepang memutuskan untuk ikut berkontribusi sekitar US$200 miliar kepada Japan ASEAN Integration Fund (JAIF). Tahun ini, AFS menerima 660 peserta dari 7 negara yang berbeda (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, India, Australia, dan New Zealand) untuk mengikuti program jangka pendek ini.
Seleksi awal
Sebelumnya, diadakan tiga tahap seleksi sebelum mengikuti program ini. Dalam mengikuti seleksi tidak dilihat dari mana pelajar tersebut berasal, tetapi berdasarkan chapter yang kita pilih. Saya bergabung di chapter
Tahap kedua merupakan tes wawancara. Yang pertama wawancara dalam bahasa Inggris dan yang kedua wawancara kepribadian dalam bahasa
Setelah lolos tahap kedua, saya mengikuti tes tahap ketiga, yaitu dinamika kelompok. Kami dikelompokkan hingga menjadi 5 orang tiap kelompok dimana masing-masing kelompok berasal dari sekolah yang berbeda. Lalu kami diberi seperangkat alat dan bahan untuk diolah selama 20 menit dan dipresentasikan selama 10 menit. Di sini kekompakan dan keteguhan pendapat dites dan diperhatikan.
Alhamdulillah saya lolos semua tes ini dan dikabarkan lolos sebagai peserta JENESYS short program ke Jepang bersama 60 orang
1. Ryan Indra Manggala –
2. Ryan Paramaartha – Magetan
3. Aulia Mutiara – Ponorogo
4. Aziza – Blitar (SMAN 1 Sutojayan)
5. I Dewa Made Estu –
6. Sherly –
7. Rita -
8. Marati Husna – Pare (SMAN 1 PARE)
Setelah dikabarkan lolos sebagai peserta JENESYS via telepon, email, dan surat, kami dikumpulkan untuk mengisi form aplikasi data diri untuk dikirim ke Jakarta dan Jepang dalam rangka penyesuaian host family selama kita tinggal di Jepang nanti. Kami juga diberikan sosialisasi tentang pengurusan passport dan visa. Seminggu setelah itu, kami diharuskan untuk mengikuti orientasi before departure to Japan di Jakarta bersama seluruh peserta JENESY Indonesia.
Orientasi
Orientasi berlangsung selama 3 hari di Graha PLN, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. 60 orang peserta JENESYS dari Indonesia termasuk saya, mengalami pelatihan dan pengajaran di sini.
Kami mendapatkan sesi-sesi yang berkenaan dengan keberangkatan dan selama berada di Jepang. Materi sesi sangat penting tapi juga sangat menarik karena diisi oleh kakak-kakak yang sudah mengerti bidangnya. Ada 9 sesi yang kami dapatkan selama 3 hari,: 1. Cross Cultural Adustment
2. Managing Hopes and Concerns
3. Bahasa Jepang
4. Discuss with Returnees
5. AFS Rules and Regulations
6. Travel Procedure.
7. Problem Solving and Effective Communication
8. Managing a Succesful Experience
9. What Am I Feeling Now/
Departure
Kami berangkat tanggal 3 Desember dari
arriving
Tanggal 4 Desember kami sampai di Narita airport pada pukul 06.00. Suhu pada saat itu sudah terasa sangat dingin. Kami semua sangat bersemangat. Kami sempat membeli kartu telepon di telepon umum di airport agar bisa mengontak host family di Jepang dan keluarga di Indonesia. Kami dijemput oleh para volunteer Jepang. Mereka orang-orang yang sangat ramah. Kami menuju hotel dengan bus, maka kami pun dibagi menjadi 2 kelompok sesuai dengan anggota bus.
Kami menginap di hotel Nikko Narita bersama peserta JENESYS lain dari
Acara berikutnya adalah study tour menuju kuil terkenal di Narita San (
Di kuil ini, kami mendapat penjelasan panjang lebar dari tour guide masing-masing bus. Jadi, walaupun jumlah kami sangat banyak, tidak terjadi kericuhan karena penjelasan setiap kuil bergantian. Setelah rombongan satu bus selesai dan berganti ke bagian lain, ganti rombongan dari bus lain. Suasananya jadi lebih teratur dan terorganisir tapi tetap menyenangkan. Tour guide bus saya (
Gambar 1. 3 kuil di kuil Narita San
Jadi, walaupun judulnya kuil Narita San, bukan berarti ada satu kuil besar yang berdiri saja. Di dalamnya terdapat semacam kompleks kuil. Di Narita San ada 2 kuil utama dan 5 kuil untuk berdoa. Kuil utama hanya untuk upacara keagamaan dan peringatan tahun baru. Gambar yang diatas merupakan kuil untuk berdo’a.
Gambar 2. Bagian Entrance kuil Narita San
Gambar 3. Jimat-jimat yang dijual.
Gambar 4. gong besar yang hanya dibunyikan setiap tahun baru.
Gambar 5. para budha yang menjalankan upacara keagamaan.
Setelah penjelasan selesai, kami berfoto-foto sebentar. Pemandangan di
Gambar 6. Bagian belakang kuil
Gambar 7. Bagian samping kuil.
Gambar 8. Air keran untuk cuci tangan dan minum.
Pada akhir study tour ini, kami diberi kesempatan 30 menit untuk belanja ataupun jalan-jalan di sekitar kuil Narita San. Yang jelas, setelah waktu 30 menit habis kami diharuskan sudah berada di dalam bus. Waktu sangat penting di Jepang. Jadi kami tidak pernah main-main kalau soal waktu.
Saya tidak membeli apa-apa karena masih 1st day. Saya hanya berjalan-jalan sebentar di pasar souvenirnya. Selebihnya saya berjalan-jalan dan terkagum-kagum pada vending machine di
Waktu 30 menit habis dan kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat dan sekaligus packing untuk travelling besok.
Study Tour
Tanggal 5 Desember
Hari ini kami chek out dari hotel Nikko Narita. Acara hari ini adalah opening ceremony and arrival orientation. Jadi pada saat itu seluruh peserta sudah berkumpul.
Gambar 8. Ruang untuk Opening ceremony and arrival orientarion
Selanjutnya, kami dibagi berdasarkan warna name tag masing-masing. Jumlah satu kelompok adalah jumlah orang dalam satu bus. Bus saya adalah bus I. Setiap bus terdapat 3 orang dari Indonesia, Filiphina, Malaysia, India, dan New Zealand. Selebihnya adalah orang-orang dari
Tujuan kami selanjutnya adalah
Tanggal 6 Desember
Kami mengunjungi tempat-tempat terkenal di
Kami sampai di Miyajima setelah 1 jam perjalanan. Tujuan sebenarnya adalah pulau Miyajima, jadi untuk sampai ke Miyajima harus naik speed boat. Saya senang karena naik kendaraan lagi, sebab udara di luar sangat dingin dan rasanya sudah membeku semua.
Miyajima, atau yang lebih dikenal dengan nama Pulau Para Dewa (
Gambar 9. Pelabuhan speed boat
Gambar 10. Torii, tinggi 16 meter berat 60 ton, dibangun dengan tehnik kontruksi tradisional Jepang, pilar-pilar tersebut berdiri tegak tanpa ditopang oleh apa pun.
Gambar 11. Berfoto bersama rusa liar
Gambar 11. Pengantin dengan pakaian perkawinan tradisional Jepang
Gambar 12. Members of Bus I
Gambar 13. Tempat di atas adalah tempat untuk taboyaki.
Gambar 14. Pasar Souvenir di Miyajima
Gambar 15. Five-Storied Pagoda
Dari Miyajima, kami menuju restaurant Udon untuk lunch. Menurut Akky San, restaurant ini sangat terkenal dan pernah dikunjungi artist dan penyanyi Jepang, Ayumi Hamazaki. Di restaurant ini kami diharuskan melepas sepatu. Udon merupakan nama menu utama di restaurant ini. Yaitu seperti mie kuah, bedanya Udon disajikan untuk dimakan secara sharing, bukan satu orang satu. Tetapi lauk dan nasi tetap perorang. Minumannya tentu saja ocha (green tea). Di Jepang tidak lazim bila minum dengan air putih. Air putih biasa ditemukan hanya di tempat umum dan keran-keran di pinggir jalan. Walaupun mungkin di supermarket juga ada air putih, orang Jepang sudah terbiasa untuk minum ocha di segala situasi dan kondisi.
Gambar 16. Udon, orang di atas adalah Yoko San, volunteer di bus I.
Gambar 17. Itadakimasu! Saya bersama 2 kawan
Gambar 18. “oishii desu!”, said Mr. Joseph.
Gambar 19. Rak untuk menyimpan sepatu. Perkenalkan, Mrs. Chris (memakai sweat shirt JENESYS) dan Akky San (memakai jas).
Gambar 20. Tanda tangan Ayumi Hamazaki yang dijadikan pajangan restaurant.
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju
Kira-kira satu jam perjalanan untuk sampai di
Akky san menjelaskan panjang lebar mengenai
Akky san juga menjelaskan betapa kejamnya dunia ketika saat itu. Masyarakat Jepang berharap dengan adanya
Jujur saja, ketika itu saya merasa perasaan saya tercabik menjadi 2. Di satu sisi, saya jelas merasa iba setelah melihat betapa kejamnya sekutu yang menjatuhkan bom atom dan betapa menderitanya masyarakat Jepang setelah musibah bom atom tersebut. Saya melihat sendiri ilustrasi-ilustrasi mengerikan, diorama-diorama dengan bentuk asli yang juga menyeramkan, foto-foto menyedihkan akibat radiasi bom atom, gambar dan video menakjubkan dan mengerikan tentang bom atom di dalam museum. Juga cerita menyedihkan tentang anak kecil bernama Sadako Sasaki, yang selamat tanpa cacat dari radiasi bom atom. Tetapi ketika menginjak sekolah dasar, sudah mulai sakit-sakitan. Dan ternyata radiasi bom atom menyerang bagian dalam tubuhnya. Dia mendapat dukungan dari seluruh anak di Jepang untuk bertahan hidup. Ketika itu masing-masing anak di Jepang mengirimkannya paper crane ( bangau kertas). Dan setelah itu, Sadako menjadi terpacu untuk bertahan hidup. Dia juga membuat seribu bangau kertas dengan harapan agar dia bisa hidup lebih lama. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Sadako meninggalkan dunia dalam usia yang masih sangat muda. Tetapi, kisahnya menginspirasi seluruh masyarakat Jepang agar terus menjaga kedamaian agar tidak terjadi lagi kisah seperti Sadako ataupun kisah mengerikan lainnya. Sampai sekarang, anak-anak Jepang masih terus membuat paper crane, sebagian sekolah dasar menyumbangkan paper crane dalam jumlah banyak dan bentuk yang bervariasi dan beraneka ragam ke The Children’s Peace Monument di sebelah tempat keluarga korban meletakkan bunga untuk mendo’akan para korban bom atom. Patung di atasnya didekasikan untuk mengenang Sadako.
Di sisi lain, saya menyadari bila ketika itu sekutu tidak menjatuhkan bom atom
Kami masuk ke museum
Setelah puas mengelilingi museum yang sangat besar itu, kami mempunyai jam bebas sekitar 2 jam. Saya memilih untuk tetap berada di dalam ruangan, karena udara benar-benar dingin. Keluar dari museum, saya langsung berjalan cepat-cepat menuju perpustakaan di samping museum. Perpustakan nya sangat comfortable, keepernya sangat ramah (sebenarnya, semua orang Jepang sangat ramah) dan memperbolehkan kami menggunakan fasilitas internet di
Gambar 21. Hiroshima Prefectural Indusrial Promotion Hall, setelah terkena radiasi bom atom, sekarang dikenal dengan nama 原爆ドーム Genbaku-domu (A-bomb dome).
Gambar 22. The Children’s
Gambar 23. Paper crane dari logam
Gambar 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31. Aneka ragam kreasi paper crane dari anak-anak di seluruh Jepang.
Gambar 32. 広島平和年機念費 Hiroshima-heiwa-toshi-kinenhi. Simbol atas nama seluruh orang yang menjadi korban bom atom
Gambar 33.
Gambar 34. Diorama ‘before-after atomic bomb’
Gambar 35. Diorama Hiroshima PIPH, padahal di luar sudah ada, masih dibikin juga dioramanya! Ck ck ck..
Gambar 36. Lukisan raksasa tentang kehidupan di Jepang setelah bom atom. (Persis seperti penderitaan rakyat
Gambar 37. Foto besar ketika pertama kali bom atom meledak
Gambar 38. Macam-macam buku yang tersisa setelah bom atom meledak. (Apakan anda bisa melihat ada satu buku
Gambar 39. Diorama raksasa tentang tubuh yang meleleh akibar radiasi pertama bom atom
Gambar 40. Sisa rangka manusia dengan baju dan topi yang ditemukan. Hanya tersisa seperti ini.
Gambar 41. Penyakit dan akibat lain dari radiasi.
Gambar 42. Perpustakaan difoto dari depan.
Ket. Nama manusia di depannya: dari kiri, Intan Ayu (
Gambar 43. Suasana
Acara selanjutnya adalah dinner. Kalau biasanya kami dinner di hotel, kali ini kami dinner di tempat nonkrong orang-orang Jepang pada umumnya. Jadi, bus menurunkan kami di pinggir jalan dan kami berjalan sebentar menuju tempat kami makan. Harap diingat, suhu semakin turun dan udara terasa sangat sangat dan sangat dingin. Jadi, walaupun judulnya berjalan sebentar, saya merasa sangat lama karena udaranya sangat dingin. Begitu tiba di tempat, kami disambut dengan menu dinner kami, okonomiyaki. Semacam martabak mie, tetapi kami bisa memilih isi martabak yang kita mau.
Gambar 44. Penjual membuat okonomiyaki.
Gambar 45. Suasana dapur yang menyenangkan.
Gambar 46. Taraaaaa…! Kore wa okonomiyaki desu.
Gambar 47. Itadakimasu…! (Dari kiri: Sai Lele (
Akhirnya, kami sampai hotel pukul 21.30 dan diwajibkan langsung masuk kamar dan tidur. Saya dan yang lain tidak menolak, karena kami memang sudah sangat lelah. Kami semua butuh istirahat agar bisa fresh lagi besok.
Tanggal 7 Desember
Tujuan hari ini adalah
Perjalanan berlangsung singkat, hanya 1 jam. Sesampai di Kobe, kami dijemput oleh bus dan langsung menuju tempat makan untuk lunch. Menu lunchnya sama seperti kemarin, udon. Hanya saja yang sekarang lebih mudah karena tidak sharing.
Gambar 48. Berfoto di depan vending machine sambil menunggu tiket kereta.
Gambar 49. Shinkansen yang berhenti.
Gambar 50. Menunggu kereta di belakang safety line.
Gambar 51. Suasana di dalam kereta.
Gambar 52. Dari kiri: Ralph Rabledo (Filiphines), Akky san (
Gambar 53. Traffic lamp di
Gambar 54. Suasana di
Gambar 55. Di sini kami have lunch. Samui (Dingin) !!
Gambar 56. Menu lunch: Udon
Gambar 57. Itadakimasu..! Dari kiri: Ranti (
Setelah lunch, kami melanjutkan perjalanan menuju Nojima dengan bus. Kami mengunjungi
Sesampai di hotel, saya bertemu kembali dengan kawan-kawan dari Insonesia,akhirnya setelah berpisah 2 hari. Kami mendiskusikan semua hal yang telah kami lihat dan kami jalani selama 2 hari dan selama study tour. Setelah berdiskusi lumayan lama, kami mengambil conclusion, bahwa kami harus bisa lebih mencintai dan menghargai tanah air
Kami juga membahas soal shalat Idul Adha. Untungnya kami menemukan tempat kosong untuk shalat di Hotel. Idul Adha di Negara orang terasa sepi dan hambar. Bila Idul Adha orang-orang sarapan dengan daging, kami tidak bisa. Karena menu utama sarapan adalah babi. Jadi kami biasa sarapan dengan roti atau nasi dengan sup miso. Hikmahnya, kami masih bisa melaksanakan shalat dengan keterbatasan kondisi dan situasi.
Gambar 58. Replika jalan dan kendaraan ketika gempa bumi terjadi.
Gambar 59. Jalur pergeseran lempeng.
Gambar 60. Replika tanah yang retak.
Gambar 61. Contoh rumah yang terkena gempa bumi.
Gambar 62. Meet again with all Indonesians.
Gambar 63. Suasana shalat Idul Adha (8 Desember 2008). Jama’ahnya dikiit, pada belum bangun soalnya.
Tanggal 8 Desember 2008
Study tour schedule hari ini adalah
Bedanya dengan kuil yang lain, tampaknya Kiyomizudera lebih cenderung menjadi objek wisata. Memang masih ada orang yang berdo’a, tetapi mayoritas merupakan turis dan pelajar-pelajar Jepang yang juga sedang study tour.
Di tengah kuil, kami dipersilakan untuk meminum air suci yang ‘katanya’ berkhasiat untuk mengabulkan segala macam permintaan. Kebetulan saya sedang haus, dan ingin mencoba. Saya tidak bisa merasakan karena ternyata airnya sangat dingin, beku rasanya. Kami minum dari gelas yang dipasangi batang panjang, jadi kami menadah air dari balik pagar dan setelah itu meminumnya. Kami melakukannya secara bergantian.
Setelah itu, kami diberi waktu 30 menit untuk belanja di pasar souvenir. Menurut volunteer, dari seluruh Jepang di sina lah pasar souvenir yang paling murah. Saya langsung bersemangat. Bersama yang lain saya berjalan menuju pasar souvenir dengan semangat ’45. Di tengah jalan, kami dihambat pemandangan-pemandangan indah, yang sudah pasti bikin tangan gatal kalau tidak cepat-cepat difoto. Setelah puas berfoto, kami melanjutkan untuk berbelanja. Dan benar, harganya di bawah harga di pasar souvenir di
Di Kyoto sangat menyenangkan. Di
Setelah waktu habis, kami berkumpul lagi di bus dan berangkat menuju Arashiyama.
Gambar 64. Entrance kuil.
Gambar 65. Desain kuil ini tampak lebih rumit daripada kuil-kuil lain yang pernah saya kunjungi.
Gambar 66. Masih terasa sisa-sisa autumn.
Gambar 67. Salah satu dewa utama di kuil ini.
Gambar 67. Bekas-bekas dupa. ‘Katanya’, asapnya berkhasiat untuk mengabulkan permintaan.
Gambar 68. Beatiful scenery dari atas.
Gambar 69. Perjalanan menuju air suci.
Gambar 67. Ini dia tempat mengantri untuk minum air suci.
Gambar 68. Beginilah cara meminum air suci.
Gambar 69. Narsis sebentar sebelum shopping.
Gambar 70. Finally, motor bike.
Gambar 71. Let’s go shopping.
Sesampai di Arashiyama, kami tidak langsung jalan-jalan tapi have lunch dulu. Menu lunch kali ini adalah menu obento yang biasa dimakan masyarakat Jepang di siang hari. Setelah lunch, kami dibebaskan untuk berjalan-jalan sendiri selama 2 jam. Ternyata Arashiyama adalah
Gambar 72. Toilet tradisional Jepang.
Gambar 73. Obento.
Gambar 74. Tempat kami have lunch.
Gambar 75. Sungai di samping
Gambar 76. Arashiyama
Gambar 77. Becak di Jepang. (Tukang becaknya nggak kaya tukang becak
Gambar 78. Hirup pikuk Arashiyama. (ada pernikahan lagi)
Gambar 79. Arashiyama merupakan tempat yang biasa dipakai jalan-jalan.
Gambar 80. Berpose sebentar. Dari kiri: Ajeng (
Gambar 81. Take a pic with Japanese cool volunteer. Yang memakai kacamata bernama Kelly san. Yang tidak memakai kacamata Yuu san.
Dari Arashiyama kami melanjutkan perjalanan menuju
Gedung ini merupakan gabungan dari 3 tipe arsitektur. Lantai 1 adalah Sinden-zukuri, the palace style. Namanya adalah Ho-su-in. Lantai 2 adalah Buke-zukuri, model rumah para samurai, disebut Cho-on-do. Lantai 3 adalah Karayo atau Zen. Disebut Kukkyo-cho. Lantai 2 dan Lantai 3 dilapisi emas. Di bagian atap, terdapat patung phoenix emas.
Seperti biasa, orang membuat permohonan setelah melempar uang logam mereka ke altar. Bedanya, altar yang sekarang dipasang di tempat terbuka. Jadi, saya sungguh menyayangkan uang-uang logam yang bertebaran di
Di dalam juga terdapat lagi kuil, namanya Fudo-do, untuk menhormati Dewa Api.Di dekat Fudo-do, terdapat kotak ramalan. Kita harus memasukkan uang logam 500 yen terlebih dahulu. Lucunya, kotak ramalan ini tersedia dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris.
Yang paling saya sukai, di belakang pasar souvenir saya menemukan lagi vending machine. Yang bikin tambah suka, harganya di bawah harga standard. Biasanya harga minuman vending machine 120 yen, yang ini Cuma 80-90 yen. Tentu saja saya langsung membeli satu, karena udara sudah lumayang dingin dan saya butuh sesuatu yang hangat untuk diminum.
Setelah waktu menunjukkan pukul 17.00 kami segera kembali ke bus untuk pulang ke hotel dan beristirahat. Sekaligus packing untuk tinggal bersama host family.
Gambar 82. Golden Pavilliun
Gambar 83.Golden Pavilliun dari jarak dekat.
No comments:
Post a Comment