Hari ini Jumat tanggal 13 yang katanya hari sial (syirik tuh, nggak bener, nggak ada hari sial ato hari baik hehe) aku ikutan acara workshop Citizen Journalism yang termasuk dalam rangkaian acara INVESTO , Creativity 5th Anniversary of Kompas Muda. Workshop yang lumayan singkat ini (huhu) memang judulnya Citizen Journalism, tapi tetep menyesuaikan dengan tema even INVESTO itu sendiri, yaitu Investasikan Energimu untuk Bumi. Jadi isi keseluruhan workshop ini adalah citizen journalism yang mengambil tema Go Green.
Sebelum masuk ke gedung Serba Guna di kampus Universitas Airlangga, aku dan temenku yang sampai lokasi on time persis (ini namanya double possitive -> apa sih) sempat amazed ngeliat acara INVESTO yang meriah banget. Di sana sini banyak anak SMA dan SMP sedang mengkreasi mading maupun barang-barang daur ulang mereka. Nggak jauh dari mereka ada expo yang booth nya diisi berbagai komunitas di Surabaya, ada Surabaya Berkebun, Green Map, Pecinta Reptil, dan komunitas pecinta alam dan lingkungan lainnya. Di tengah-tengah booth ada panggung yang ternyata digunakan untuk lomba akustik. Jadinya music live gitu, asik deh hehe.
Workshop dibuka oleh MC dengan memperkenalkan perwakilan dari Pertamina dan Teh Kotak sebagai salah satu sponsor acara ini sekaligus one of the supporter (cailah) of Tribute to Nature (@UntukAlam). Mas Ferri Irawan dari teh kotak menjelaskan maksud dari Tribute to Nature yang diusung oleh brand Teh Kotak dari Ultra Jaya. Cukup menyentil juga pernyataan dari mas Ferri ini tentang apa yang sudah kita lakukan untuk bumi. Mungkin kita menjawab: membuang sampah pada tempatnya, mematikan listrik yang sudah nggak dipakai, atau mematikan keran air. "Yah, basi. Itu sih udah merupakan keharusan", begitu kata mas Ferri. Kita membutuhkan yang lebih untuk alam kita, untuk membuat mereka lebih hidup, dan berterimakasih karena alam lah salah satu dari rahmat Allah yang berkontribusi besar memberikan kita hidup juga.
Selanjutnya ada mbak Sinta (@mbakchin) memperkenalkan Surabaya Berkebun (@srbyberkebun) yang ternyata baru saja terbentuk sebagai komunitas berkebun dalam perkotaan di Surabaya. Visi misi Surabaya Berkebun hampir sama dengan Teh Kotak, yaitu mengapresiasi alam, tapi dengan berkebun dan menghijaukan lingkungan dengan cara yang fun, simple, mudah, dan cepat. Prinsip dari Surabaya Berkebun adalah 3E, yaitu Edukasi, Ekologi, dan Ekonomi. Intinya bersama Surabaya Berkebun, kita menjadi mengerti bagaimana menghargai alam dan mendapat hasil yang cepat dari berkebun, Karena itu bibit yang banyak digunakan adalah sayuran dan buah-buahan yang mudah untuk dipanen, contohnya kangkung, bayam, dan oregano.
Lama ditunggu akhirnya muncullah ibu Brigitta Asworo Laksmi, wartawan harian Kompas yang menyampaikan workshop citizen journalism ini dengan judul Jurnalisme Warga Sebuah Gaya Hidup. Aku merasa ibu Brigitta ini orang yang sangat tegas dan pasti, terlihat sekali dari tatapan matanya yang sangat pasti dan penuh dengan semangat membara. Cara jalannya pun sangat tegas dan berwibawa. Beliau memberikan kesan wartawan yang sudah malang melintang di dunia jurnalisme, dan memang benar hehe. Beliau sudah pernah meliput berita bahkan sampai di Amerika tentang kasus Imam Samudra ketika itu. Menurut ibu Brigitta, ada 3 hal yang membuat jurnalis menjadi job number one, yaitu 3O. O dari otak, otot, dan ongkol (haha, pada penasaran kan apa itu ongkol? :D). Otak jelas butuh, karena kalau kita saja yang sebagai wartawan tidak pintar memberi informasi, bagaimana masyarakat yang membaca berita kita menjadi lebih pintar. Otot berarti kita membutuh stamina prima karena kita harus bisa ada dimana saja kapan saja berita itu membutuhkan kita untuk diliput. Sedangkan ongkol ini menurut bu Brigitta adalah kecerdikan dan akal. Menjadi wartawan jika hanya pintar saja dan tidak cerdik adalah useless. Cerdik dan penuh akal diperlukan apabila kita menghadapi narasumber yang bawel. Contohnya saja kita hendak mewawancarai menteri, tidak bisa bila kita langsung bertemu. Kita perlu mencari informasi sana sini di mana saja menteri tersebut bisa ditemui atau sedang bersembunyi. Bila perlu mengajak ngopi ajudannya. Keren yaa :D Citizen Journalism sendiri adalah hal yang sangat simple. Karena menguraikan hal-hal yang kita temui dan kita rasakan sehari-hari dalam bentuk tulisan, curahkan apa saja yang kita rasakan, apa yang kiata pikirkan tentang itu. Ketika kita menulis sesuatu yang kita lihat, itu berarti kita peduli juga terhadap masyarakat. Istilahnya sharing ilmu gitu.
Sayang sekali sesi workshop journalism ini tak terasa berjalan sangat singkat. Sebelum ditutup sempat dibagikan snack terlebih dahulu yang bikin badan berasa langsung seger lagi hehehe. Acarapun ditutup. Aku dan temenku pulang sambil bawa goodie bag dari kompas yang isinya NoteBook, Pen, Kompas Muda case and tag holder, dan satu teh kotak 300 ml. Sambil pulang bertekad untuk nggak malas menulis lagi (merasa bersalah jarang apdet blog) hihi. Fighting!
Sebelum masuk ke gedung Serba Guna di kampus Universitas Airlangga, aku dan temenku yang sampai lokasi on time persis (ini namanya double possitive -> apa sih) sempat amazed ngeliat acara INVESTO yang meriah banget. Di sana sini banyak anak SMA dan SMP sedang mengkreasi mading maupun barang-barang daur ulang mereka. Nggak jauh dari mereka ada expo yang booth nya diisi berbagai komunitas di Surabaya, ada Surabaya Berkebun, Green Map, Pecinta Reptil, dan komunitas pecinta alam dan lingkungan lainnya. Di tengah-tengah booth ada panggung yang ternyata digunakan untuk lomba akustik. Jadinya music live gitu, asik deh hehe.
Workshop dibuka oleh MC dengan memperkenalkan perwakilan dari Pertamina dan Teh Kotak sebagai salah satu sponsor acara ini sekaligus one of the supporter (cailah) of Tribute to Nature (@UntukAlam). Mas Ferri Irawan dari teh kotak menjelaskan maksud dari Tribute to Nature yang diusung oleh brand Teh Kotak dari Ultra Jaya. Cukup menyentil juga pernyataan dari mas Ferri ini tentang apa yang sudah kita lakukan untuk bumi. Mungkin kita menjawab: membuang sampah pada tempatnya, mematikan listrik yang sudah nggak dipakai, atau mematikan keran air. "Yah, basi. Itu sih udah merupakan keharusan", begitu kata mas Ferri. Kita membutuhkan yang lebih untuk alam kita, untuk membuat mereka lebih hidup, dan berterimakasih karena alam lah salah satu dari rahmat Allah yang berkontribusi besar memberikan kita hidup juga.
Selanjutnya ada mbak Sinta (@mbakchin) memperkenalkan Surabaya Berkebun (@srbyberkebun) yang ternyata baru saja terbentuk sebagai komunitas berkebun dalam perkotaan di Surabaya. Visi misi Surabaya Berkebun hampir sama dengan Teh Kotak, yaitu mengapresiasi alam, tapi dengan berkebun dan menghijaukan lingkungan dengan cara yang fun, simple, mudah, dan cepat. Prinsip dari Surabaya Berkebun adalah 3E, yaitu Edukasi, Ekologi, dan Ekonomi. Intinya bersama Surabaya Berkebun, kita menjadi mengerti bagaimana menghargai alam dan mendapat hasil yang cepat dari berkebun, Karena itu bibit yang banyak digunakan adalah sayuran dan buah-buahan yang mudah untuk dipanen, contohnya kangkung, bayam, dan oregano.
Lama ditunggu akhirnya muncullah ibu Brigitta Asworo Laksmi, wartawan harian Kompas yang menyampaikan workshop citizen journalism ini dengan judul Jurnalisme Warga Sebuah Gaya Hidup. Aku merasa ibu Brigitta ini orang yang sangat tegas dan pasti, terlihat sekali dari tatapan matanya yang sangat pasti dan penuh dengan semangat membara. Cara jalannya pun sangat tegas dan berwibawa. Beliau memberikan kesan wartawan yang sudah malang melintang di dunia jurnalisme, dan memang benar hehe. Beliau sudah pernah meliput berita bahkan sampai di Amerika tentang kasus Imam Samudra ketika itu. Menurut ibu Brigitta, ada 3 hal yang membuat jurnalis menjadi job number one, yaitu 3O. O dari otak, otot, dan ongkol (haha, pada penasaran kan apa itu ongkol? :D). Otak jelas butuh, karena kalau kita saja yang sebagai wartawan tidak pintar memberi informasi, bagaimana masyarakat yang membaca berita kita menjadi lebih pintar. Otot berarti kita membutuh stamina prima karena kita harus bisa ada dimana saja kapan saja berita itu membutuhkan kita untuk diliput. Sedangkan ongkol ini menurut bu Brigitta adalah kecerdikan dan akal. Menjadi wartawan jika hanya pintar saja dan tidak cerdik adalah useless. Cerdik dan penuh akal diperlukan apabila kita menghadapi narasumber yang bawel. Contohnya saja kita hendak mewawancarai menteri, tidak bisa bila kita langsung bertemu. Kita perlu mencari informasi sana sini di mana saja menteri tersebut bisa ditemui atau sedang bersembunyi. Bila perlu mengajak ngopi ajudannya. Keren yaa :D Citizen Journalism sendiri adalah hal yang sangat simple. Karena menguraikan hal-hal yang kita temui dan kita rasakan sehari-hari dalam bentuk tulisan, curahkan apa saja yang kita rasakan, apa yang kiata pikirkan tentang itu. Ketika kita menulis sesuatu yang kita lihat, itu berarti kita peduli juga terhadap masyarakat. Istilahnya sharing ilmu gitu.
Sayang sekali sesi workshop journalism ini tak terasa berjalan sangat singkat. Sebelum ditutup sempat dibagikan snack terlebih dahulu yang bikin badan berasa langsung seger lagi hehehe. Acarapun ditutup. Aku dan temenku pulang sambil bawa goodie bag dari kompas yang isinya NoteBook, Pen, Kompas Muda case and tag holder, dan satu teh kotak 300 ml. Sambil pulang bertekad untuk nggak malas menulis lagi (merasa bersalah jarang apdet blog) hihi. Fighting!
No comments:
Post a Comment