Saturday, August 8, 2009

Nippon Nippon Cha Cha Cha ! (Part 1)


background

JENESYS (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) programme merupakan short program atau program pertukaran pelajar jangka pendek yang juga masih merupakan program dari AFS Intercultural Program. JENESYS programme terinisiasi ketika Mr. Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang mengumumkan pada saat 10th ASEAN-Japan Summit Meeting dan 2nd EAS pada bulan Januari 2007 bahwa Jepang mengundang sekitar 6.000 pelajar setiap tahun selama 5 tahun ke Jepang dalam rangka membangun solidaritas di Asia. Pemerintah Jepang memutuskan untuk ikut berkontribusi sekitar US$200 miliar kepada Japan ASEAN Integration Fund (JAIF). Tahun ini, AFS menerima 660 peserta dari 7 negara yang berbeda (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, India, Australia, dan New Zealand) untuk mengikuti program jangka pendek ini.

Seleksi awal

Sebelumnya, diadakan tiga tahap seleksi sebelum mengikuti program ini. Dalam mengikuti seleksi tidak dilihat dari mana pelajar tersebut berasal, tetapi berdasarkan chapter yang kita pilih. Saya bergabung di chapter Malang. Tahap pertama tes tulis. Topik yang ditanyakan ada 3, yaitu pengetahuan umum, grammar, dan sastra Indonesia. Pengetahuan umum meliputi perkembangan dunia dan dalam negeri. Dan kita juga harus menjelaskan alasan kita ingin mengikuti program tersebut. Biasanya, tes pada tahap ini dilakukan di sekolah masing-masing. Ketika itu, saya mengikuti tes tahap pertama di SMAN 2 Pare. Pengunguman kelulusan bisa dilihat di Internet.

Tahap kedua merupakan tes wawancara. Yang pertama wawancara dalam bahasa Inggris dan yang kedua wawancara kepribadian dalam bahasa Indonesia. Tes diadakan di universitas di kota masing-masing. Saya sendiri mengikuti tes tahap ini di UIN Malang.

Setelah lolos tahap kedua, saya mengikuti tes tahap ketiga, yaitu dinamika kelompok. Kami dikelompokkan hingga menjadi 5 orang tiap kelompok dimana masing-masing kelompok berasal dari sekolah yang berbeda. Lalu kami diberi seperangkat alat dan bahan untuk diolah selama 20 menit dan dipresentasikan selama 10 menit. Di sini kekompakan dan keteguhan pendapat dites dan diperhatikan.

Alhamdulillah saya lolos semua tes ini dan dikabarkan lolos sebagai peserta JENESYS short program ke Jepang bersama 60 orang Indonesia lainnya. Dari Jawa Timur hanya chapter Malang yang mengirimkan perwakilan. Dari chapter Surabaya tidak terdengar kabar apapun. Ada 8 orang yang mewakili Chapter Malang, mereka adalah:

1. Ryan Indra Manggala – Kediri (SMKN 1 Kediri)

2. Ryan Paramaartha – Magetan

3. Aulia Mutiara – Ponorogo

4. Aziza – Blitar (SMAN 1 Sutojayan)

5. I Dewa Made Estu – Malang

6. Sherly – Malang

7. Rita - Malang

8. Marati Husna – Pare (SMAN 1 PARE)

Setelah dikabarkan lolos sebagai peserta JENESYS via telepon, email, dan surat, kami dikumpulkan untuk mengisi form aplikasi data diri untuk dikirim ke Jakarta dan Jepang dalam rangka penyesuaian host family selama kita tinggal di Jepang nanti. Kami juga diberikan sosialisasi tentang pengurusan passport dan visa. Seminggu setelah itu, kami diharuskan untuk mengikuti orientasi before departure to Japan di Jakarta bersama seluruh peserta JENESY Indonesia.

Orientasi

Orientasi berlangsung selama 3 hari di Graha PLN, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. 60 orang peserta JENESYS dari Indonesia termasuk saya, mengalami pelatihan dan pengajaran di sini.

Kami mendapatkan sesi-sesi yang berkenaan dengan keberangkatan dan selama berada di Jepang. Materi sesi sangat penting tapi juga sangat menarik karena diisi oleh kakak-kakak yang sudah mengerti bidangnya. Ada 9 sesi yang kami dapatkan selama 3 hari,: 1. Cross Cultural Adustment

2. Managing Hopes and Concerns

3. Bahasa Jepang

4. Discuss with Returnees

5. AFS Rules and Regulations

6. Travel Procedure.

7. Problem Solving and Effective Communication

8. Managing a Succesful Experience

9. What Am I Feeling Now/

Departure

Kami berangkat tanggal 3 Desember dari Jakarta. Kami diharuskan berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta jam18.00 tepatnya di terminal 2D keberangkatan Internasional. Walaupun schedulenya kita berangkat jam 22.00, kakak-kakak volunteer tidak mau mengambil resiko kita menjadi terlambat gara-gara pengisian embarcasy card karena jumlah kami sudah termasuk dalam kategori rombongan. Setelah semua urusan administrasi selesai, kami semua duduk menunggu di ruang tunggu sampai jam menunjukkan pukul 22.00. Setelah itu kami semua masuk pesawat dan berangkat menuju Jepang.

arriving

Tanggal 4 Desember kami sampai di Narita airport pada pukul 06.00. Suhu pada saat itu sudah terasa sangat dingin. Kami semua sangat bersemangat. Kami sempat membeli kartu telepon di telepon umum di airport agar bisa mengontak host family di Jepang dan keluarga di Indonesia. Kami dijemput oleh para volunteer Jepang. Mereka orang-orang yang sangat ramah. Kami menuju hotel dengan bus, maka kami pun dibagi menjadi 2 kelompok sesuai dengan anggota bus.

Kami menginap di hotel Nikko Narita bersama peserta JENESYS lain dari Malaysia dan New Zealand. Sesampai di hotel, kami langsung diberi pengarahan singkat tentang Jepang oleh para volunteer seperti tidak sopan kalau memakai parfum, cara menyapa yang sopan, dan hal-hal lainnya. Setelah pengarahan, kami dibagikan jaket dan sweatshirt JENESYS juga name tag dengan warna yang berbeda. Nantinya name tag ini untuk pembagian kelompok setelah bergabung dengan peserta JENESYS dari Filiphina, Thailand, Australia, dan New Zealand.

Acara berikutnya adalah study tour menuju kuil terkenal di Narita San (kota Narita). Kami (peserta JENESYS dari Indonesia, Malaysia, dan India) berangkat juga dengan bus. Saya termasuk dalam kelompok bus 2. Setiap bus didampingi oleh 2 volunteer, 1 tour guide, dan 1 orang yang memegang papan nama masing-masing bus. Tugas orang yang memegang papan nama adalah agar para peserta tidak kebingungan mencari bus masing-masing. Suasana di kuil sangat khusyuk dan tenang sehingga kami tidak diperbolehkan ribut. Menurut orang Jepang, kuil merupakan tempat yang sakral. Jadi, ketika sudah berada di dalam, kami tidak diperbolehkan untuk mengambil foto.

Di kuil ini, kami mendapat penjelasan panjang lebar dari tour guide masing-masing bus. Jadi, walaupun jumlah kami sangat banyak, tidak terjadi kericuhan karena penjelasan setiap kuil bergantian. Setelah rombongan satu bus selesai dan berganti ke bagian lain, ganti rombongan dari bus lain. Suasananya jadi lebih teratur dan terorganisir tapi tetap menyenangkan. Tour guide bus saya ( Indonesia 2) bernama Akky San. Beliau menjelaskan dengan bahasa Inggris yang agak terbata-bata, tetapi saya kagum dengan beliau karena beliau pantang menyerah dan terus berusaha agar kami mengerti apa yang beliau jelaskan. Kami semua sangat menghargai beliau.


Gambar 1. 3 kuil di kuil Narita San

Jadi, walaupun judulnya kuil Narita San, bukan berarti ada satu kuil besar yang berdiri saja. Di dalamnya terdapat semacam kompleks kuil. Di Narita San ada 2 kuil utama dan 5 kuil untuk berdoa. Kuil utama hanya untuk upacara keagamaan dan peringatan tahun baru. Gambar yang diatas merupakan kuil untuk berdo’a.


Gambar 2. Bagian Entrance kuil Narita San

Gambar 3. Jimat-jimat yang dijual.

Ada banyak jimat yang dijual di sana. Orang-orang Jepang sangat mempercayai jimat dan juga dianggap sebagai benda keramat. Menurut penjelasan Akky San, menjelang tahun baru akan datang banyak orang ke kuil Narita San untuk berdo’a dan membeli jimat. Jimat-jimat ini banyak macamnya, ada jimat untuk jodoh, jimat kelulusan, jimat rezeki, jimat keselamatan, jimat keberuntungan, dan macam-macam jimat lainnya. Jimat yang paling banyak diincar diincar para peserta JENESYS untuk dibeli adalah jimat kelulusan, karena kebanyakan dari mereka sudah kelas 3 SMA, jadi sekadar untuk meyakinkan agar mereka lulus. Tetapi sejujurnya, saya tidak terlalu antusias dengan jimat-jimat ini. Satu karena saya tidak percaya tahayul dan dalam Islam mempercayai jimat sudah termasuk syirik. Dua karena harganya itu lho, mahal buanget. Kalaupun seandainya saya percaya tahayul, saya juga tidak akan membeli jimat dikarenakan berat di ongkos. Hehe. J

Gambar 4. gong besar yang hanya dibunyikan setiap tahun baru.

Gambar 5. para budha yang menjalankan upacara keagamaan.

Setelah penjelasan selesai, kami berfoto-foto sebentar. Pemandangan di sana, walaupun hanya kuil dan kuil, sangat indah. Di bawah ini scene shot yang menurut saya cukup uniquely. Kami juga bertemu dengan orang-orang Jepang yang hendak berdo’a. Kebanyakan membawa anak mereka untuk diberkati.


Gambar 6. Bagian belakang kuil


Gambar 7. Bagian samping kuil.


Gambar 8. Air keran untuk cuci tangan dan minum.

Pada akhir study tour ini, kami diberi kesempatan 30 menit untuk belanja ataupun jalan-jalan di sekitar kuil Narita San. Yang jelas, setelah waktu 30 menit habis kami diharuskan sudah berada di dalam bus. Waktu sangat penting di Jepang. Jadi kami tidak pernah main-main kalau soal waktu.

Saya tidak membeli apa-apa karena masih 1st day. Saya hanya berjalan-jalan sebentar di pasar souvenirnya. Selebihnya saya berjalan-jalan dan terkagum-kagum pada vending machine di sana dan mencobanya. Sejak dari Indonesia, saya sudah punya goal untuk mencoba vending machine (mesin yang bisa mengeluarkan barang kalau kita memasukkan koin Yen ke dalamnya). Dan akhirnya kesampaian. Saat itu saya takut tidak akan bertemu vending machine lagi. Ternyata saya tidak perlu khawatir. Ada satu fakta yang terlewatkan, Jepang itu surganya vending machine. Dan ternyata benar, di kemudian hari saya masih menemukan vending machine di setiap sudut kota dan semakin beragam jenisnya. Saya senang bisa berada di Jepang. J

Waktu 30 menit habis dan kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat dan sekaligus packing untuk travelling besok.

Study Tour

Tanggal 5 Desember

Hari ini kami chek out dari hotel Nikko Narita. Acara hari ini adalah opening ceremony and arrival orientation. Jadi pada saat itu seluruh peserta sudah berkumpul.

Gambar 8. Ruang untuk Opening ceremony and arrival orientarion

Selanjutnya, kami dibagi berdasarkan warna name tag masing-masing. Jumlah satu kelompok adalah jumlah orang dalam satu bus. Bus saya adalah bus I. Setiap bus terdapat 3 orang dari Indonesia, Filiphina, Malaysia, India, dan New Zealand. Selebihnya adalah orang-orang dari Australia. Jumlah peserta JENESYS keseluruhan dari Australia adalah 200 orang. Bisa dibilang mereka mendominasi rombongan. Tiap bus juga didampingi 2 orang guru peserta JENESYS. Di bus saya tidak ada guru dari Indonesia. Di bus saya 1 guru dari New Zealand, yaitu Mr. Joseph dan 1 guru dari Australia yaitu Mrs. Chris. Bisa dibilang, pada saat pembagian kelompok ini juga sekaligus perpisahan dengan teman-teman dari Indonesia.

Tujuan kami selanjutnya adalah Hiroshima. Setelah lunch, kami menuju bandara Narita dengan bus. Ini memakan 4 jam perjalanan. Setelah itu kami menuju Hiroshima dengan pesawat. Kami sampai di Hiroshima kira-kira pukul 18.00 dan langsung menuju Rihga Royal Hotel di Hiroshima. Setelah dinner pada pukul 20.30, kami diharuskan sudah berada di kamar pukul 22.00. Sebenarnya setelah dinner, saya sudah berniat untuk menggunakan internet hotel, tetapi antrinya panjang bukan main. Jadi saya memutuskan untuk beristirahat saja di kamar.

Tanggal 6 Desember

Kami mengunjungi tempat-tempat terkenal di Hiroshima, yaitu Miyajima dan Hiroshima Peace Memorial Park. Di perjalanan menuju Miyajima turun salju, walaupun masih sebesar jagung. Udaranya juga sangat dingin, padahal suhu baru menunjukkan 18 derajat celcius.

Kami sampai di Miyajima setelah 1 jam perjalanan. Tujuan sebenarnya adalah pulau Miyajima, jadi untuk sampai ke Miyajima harus naik speed boat. Saya senang karena naik kendaraan lagi, sebab udara di luar sangat dingin dan rasanya sudah membeku semua.

Miyajima, atau yang lebih dikenal dengan nama Pulau Para Dewa (Island of Gods), termasuk 3 tempat terindah di Jepang, Three Views of Japan ( 日本三景 Nihon sankei). Kuil di sini didirikan di atas tanah. Yang paling terkenal adalah Itsukushima Shrine. Banyak rusa liar berkeliaran di pantai Miyajima. Di sini, kebetulan juga ada pernikahan tradisional Jepang. Setelah mengelilingi kuil di Miyajima (kuil lagi) dengan tour guide bus I, masih tetap Akky San, kami dibebaskan 30 menit untuk ke pasar souvenir. Setelah berbelanja, kami kembali naek speed boat dan menuju bus masing-masing.

Gambar 9. Pelabuhan speed boat


Gambar 10. Torii, tinggi 16 meter berat 60 ton, dibangun dengan tehnik kontruksi tradisional Jepang, pilar-pilar tersebut berdiri tegak tanpa ditopang oleh apa pun.


Gambar 11. Berfoto bersama rusa liar


Gambar 11. Pengantin dengan pakaian perkawinan tradisional Jepang


Gambar 12. Members of Bus I


Gambar 13. Tempat di atas adalah tempat untuk taboyaki.


Gambar 14. Pasar Souvenir di Miyajima


Gambar 15. Five-Storied Pagoda

Dari Miyajima, kami menuju restaurant Udon untuk lunch. Menurut Akky San, restaurant ini sangat terkenal dan pernah dikunjungi artist dan penyanyi Jepang, Ayumi Hamazaki. Di restaurant ini kami diharuskan melepas sepatu. Udon merupakan nama menu utama di restaurant ini. Yaitu seperti mie kuah, bedanya Udon disajikan untuk dimakan secara sharing, bukan satu orang satu. Tetapi lauk dan nasi tetap perorang. Minumannya tentu saja ocha (green tea). Di Jepang tidak lazim bila minum dengan air putih. Air putih biasa ditemukan hanya di tempat umum dan keran-keran di pinggir jalan. Walaupun mungkin di supermarket juga ada air putih, orang Jepang sudah terbiasa untuk minum ocha di segala situasi dan kondisi.


Gambar 16. Udon, orang di atas adalah Yoko San, volunteer di bus I.


Gambar 17. Itadakimasu! Saya bersama 2 kawan Indonesia.


Gambar 18. “oishii desu!”, said Mr. Joseph.


Gambar 19. Rak untuk menyimpan sepatu. Perkenalkan, Mrs. Chris (memakai sweat shirt JENESYS) dan Akky San (memakai jas).


Gambar 20. Tanda tangan Ayumi Hamazaki yang dijadikan pajangan restaurant.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju Peace Memorial Park. Di tengah perjalanan, saya melaksanakan shalat Dhuhur dan Ashar. Waktu shalat di Jepang sangat singkat. Waktu Dhuhur pukul 12.00 dan Ashar pukul 14.00. Maghrib pukul 16.00. Jadi saya tidak bisa membuang-buang waktu bila datang kesempatan untuk shalat.

Kira-kira satu jam perjalanan untuk sampai di Peace Memorial Park, yaitu taman besar di tengah kota Hiroshima dimana di dalamnya terdapat berbagai macam monument dan gedung yang masing-masing punya aspek dan mana yang berbeda tentang pemboman Hiroshima. Sekali lagi, udara terasa sangat dingin, walaupun sudah agak sore. Begitu sampai, kami diajak untuk melihat gedung Hiroshima Prefectural Industrial Promotion Hall yang separo hancur akibat radiasi bom atom. Keadaaan ini masih dipertahankan sampai sekarang sebagai pengingat atas tragedi bom nuklir dan sebagai simbol harapan dan perdamaian dunia dan penghapusan atas segala perang nuklir.

Akky san menjelaskan panjang lebar mengenai Hiroshima, kota pertama di dunia yang terkena bom atom, dan bahwa gedung separo hancur di depan kami masih merupakan contoh kecil akibat dari radiasi bom atom. Beliau mengatakan masih banyak contoh lain di dalam museum. Suasana di sana ketika itu terasa mencekam. Tentu saja karena kami diceritakan bahwa keluarga korban bom atom Hiroshima juga melayat di sana.

Akky san juga menjelaskan betapa kejamnya dunia ketika saat itu. Masyarakat Jepang berharap dengan adanya Peace Memorial Park ini, dunia menjadi terbuka matanya agar tidak lagi mengulang kejadian serupa. Baik dengan atau tanpa bom atom. Kedamaian lah yang dibutuhkan.

Jujur saja, ketika itu saya merasa perasaan saya tercabik menjadi 2. Di satu sisi, saya jelas merasa iba setelah melihat betapa kejamnya sekutu yang menjatuhkan bom atom dan betapa menderitanya masyarakat Jepang setelah musibah bom atom tersebut. Saya melihat sendiri ilustrasi-ilustrasi mengerikan, diorama-diorama dengan bentuk asli yang juga menyeramkan, foto-foto menyedihkan akibat radiasi bom atom, gambar dan video menakjubkan dan mengerikan tentang bom atom di dalam museum. Juga cerita menyedihkan tentang anak kecil bernama Sadako Sasaki, yang selamat tanpa cacat dari radiasi bom atom. Tetapi ketika menginjak sekolah dasar, sudah mulai sakit-sakitan. Dan ternyata radiasi bom atom menyerang bagian dalam tubuhnya. Dia mendapat dukungan dari seluruh anak di Jepang untuk bertahan hidup. Ketika itu masing-masing anak di Jepang mengirimkannya paper crane ( bangau kertas). Dan setelah itu, Sadako menjadi terpacu untuk bertahan hidup. Dia juga membuat seribu bangau kertas dengan harapan agar dia bisa hidup lebih lama. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Sadako meninggalkan dunia dalam usia yang masih sangat muda. Tetapi, kisahnya menginspirasi seluruh masyarakat Jepang agar terus menjaga kedamaian agar tidak terjadi lagi kisah seperti Sadako ataupun kisah mengerikan lainnya. Sampai sekarang, anak-anak Jepang masih terus membuat paper crane, sebagian sekolah dasar menyumbangkan paper crane dalam jumlah banyak dan bentuk yang bervariasi dan beraneka ragam ke The Children’s Peace Monument di sebelah tempat keluarga korban meletakkan bunga untuk mendo’akan para korban bom atom. Patung di atasnya didekasikan untuk mengenang Sadako.

Di sisi lain, saya menyadari bila ketika itu sekutu tidak menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Indonesia tidak akan merdeka dan terbebas dari belenggu penjajahan Jepang. Jujur saja, ketika membaca tulisan ‘at 8:15 a.m., August 16th, 1945, an American B29 bomber dropped an atomic bomb, the first atomic bombing in human history’, saya merasa senang. Sebab, karena inilah Indonesia merdeka. Saya tahu mungkin pikiran saya ini tidak pantas. Saat itu saya ingin sesegera mungkin sharing dengan orang Indonesia terdekat yang ada dan membahas soal ini. Ternyata, kawan Indonesia lain pun berpendapat sama. Setelah sharing, saya sedikit bisa merasa lega. Saya bersama kawan Indonesia lain mendiskusikan hal ini bersama volunteer Jepang. Menurutnya, tidak masalah kalau kami mempunyai perasaan seperti di atas. Karena sebenarnya, tujuan mereka mengajak kami ke sini adalah dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, mereka mengharapkan kami dapat tetap menjaga perdamaian dunia setelah mengunjungi Hiroshima ini. Dan jangan sampai ada penjajahan lagi, begitu katanya.

Kami masuk ke museum Hiroshima, yang sangat terorganisir. Saya baru merasakan kesenangan mengunjungi museum ketika itu. Masyarakat Jepang benar-benar menjaga sejarah Negara mereka bagaikan harta yang tak ternilai. Sehingga, pesan yang dimaksudkan agar kita tetap menjaga perdamaian terus melekat bahkan setelah keluar dari museum.

Setelah puas mengelilingi museum yang sangat besar itu, kami mempunyai jam bebas sekitar 2 jam. Saya memilih untuk tetap berada di dalam ruangan, karena udara benar-benar dingin. Keluar dari museum, saya langsung berjalan cepat-cepat menuju perpustakaan di samping museum. Perpustakan nya sangat comfortable, keepernya sangat ramah (sebenarnya, semua orang Jepang sangat ramah) dan memperbolehkan kami menggunakan fasilitas internet di sana. Saya memanfaatkannya untuk mengirim kabar ke sekolah. Tetapi sekali lagi, karena antri saya merasa tidak enak bila harus menggunakannya lama-lama karena yang lain juga ingin memakai. Jadi saya hanya membaca-baca dan bila sudah merasa hangat keluar lagi untuk berjalan-jalan dan mengambil foto.


Gambar 21. Hiroshima Prefectural Indusrial Promotion Hall, setelah terkena radiasi bom atom, sekarang dikenal dengan nama 原爆ドーム Genbaku-domu (A-bomb dome).


Gambar 22. The Children’s Peace Monument.


Gambar 23. Paper crane dari logam


Gambar 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31. Aneka ragam kreasi paper crane dari anak-anak di seluruh Jepang.


Gambar 32. 広島平和年機念費 Hiroshima-heiwa-toshi-kinenhi. Simbol atas nama seluruh orang yang menjadi korban bom atom


Gambar 33. Peace Memorial Museum


Gambar 34. Diorama ‘before-after atomic bomb’


Gambar 35. Diorama Hiroshima PIPH, padahal di luar sudah ada, masih dibikin juga dioramanya! Ck ck ck..


Gambar 36. Lukisan raksasa tentang kehidupan di Jepang setelah bom atom. (Persis seperti penderitaan rakyat Indonesia ketika dijajah Jepang, menurut saya)


Gambar 37. Foto besar ketika pertama kali bom atom meledak


Gambar 38. Macam-macam buku yang tersisa setelah bom atom meledak. (Apakan anda bisa melihat ada satu buku Indonesia di sana?)


Gambar 39. Diorama raksasa tentang tubuh yang meleleh akibar radiasi pertama bom atom


Gambar 40. Sisa rangka manusia dengan baju dan topi yang ditemukan. Hanya tersisa seperti ini.


Gambar 41. Penyakit dan akibat lain dari radiasi.


Gambar 42. Perpustakaan difoto dari depan.

Ket. Nama manusia di depannya: dari kiri, Intan Ayu (Semarang), Ryan Paramartha (Magetan), dan Marati Husna (Pare).


Gambar 43. Suasana kota Hiroshima di senja hari.

Acara selanjutnya adalah dinner. Kalau biasanya kami dinner di hotel, kali ini kami dinner di tempat nonkrong orang-orang Jepang pada umumnya. Jadi, bus menurunkan kami di pinggir jalan dan kami berjalan sebentar menuju tempat kami makan. Harap diingat, suhu semakin turun dan udara terasa sangat sangat dan sangat dingin. Jadi, walaupun judulnya berjalan sebentar, saya merasa sangat lama karena udaranya sangat dingin. Begitu tiba di tempat, kami disambut dengan menu dinner kami, okonomiyaki. Semacam martabak mie, tetapi kami bisa memilih isi martabak yang kita mau. Ada 2 pilihan di sini, yaitu babi dan gurita. Saya jelas memilih gurita. Senangnya, di sini minumnya bukan ocha, hehe. Di sini, kami bisa melihat penjual memasak sekaligus menghidangkannya pada kami. Unique.


Gambar 44. Penjual membuat okonomiyaki.


Gambar 45. Suasana dapur yang menyenangkan.


Gambar 46. Taraaaaa…! Kore wa okonomiyaki desu.


Gambar 47. Itadakimasu…! (Dari kiri: Sai Lele ( India), Intan Ayu (Semarang), Ranti (Pare)) Apa anda bisa melihat harga okonomiyaki?

Akhirnya, kami sampai hotel pukul 21.30 dan diwajibkan langsung masuk kamar dan tidur. Saya dan yang lain tidak menolak, karena kami memang sudah sangat lelah. Kami semua butuh istirahat agar bisa fresh lagi besok.

Tanggal 7 Desember

Tujuan hari ini adalah Kobe. Kami sarapan pukul 08.00, berangkat pukul 09.00. Karena jarak Hiroshima-Kobe lumayan jauh, jadi kami harus naik Shinkansen (kereta cepat). Kami menuju stasiun dengan bus dan menunggu sebentar untuk pengurusan tiket. Hanya sebentar, dan setelah itu kami langsung menuju tempat pemberhentian kereta. Kami diperingatkan untuk berada di belakang safety line ketika menunggu kereta kami datang. ‘Waw!’ itulah komentar saya ketika pertama kali menyaksikan shinkansen yang lewat, benar-benar sangat cepat. Kami juga diperingatkan agar tidak berlambat-lambat karena kereta hanya membuka pintu selama 1 menit, dan kemudian langsung menutup lagi secara otomatis. Jadi, ketika kereta kami datang, kami langsung berebutan untuk masuk, takut tertinggal. Dan berangkatlah kami menuju Kobe.

Perjalanan berlangsung singkat, hanya 1 jam. Sesampai di Kobe, kami dijemput oleh bus dan langsung menuju tempat makan untuk lunch. Menu lunchnya sama seperti kemarin, udon. Hanya saja yang sekarang lebih mudah karena tidak sharing.


Gambar 48. Berfoto di depan vending machine sambil menunggu tiket kereta.


Gambar 49. Shinkansen yang berhenti.


Gambar 50. Menunggu kereta di belakang safety line.


Gambar 51. Suasana di dalam kereta.


Gambar 52. Dari kiri: Ralph Rabledo (Filiphines), Akky san (Japan), Hani Syafiah (Malaysia), Ranti (Indonesia)


Gambar 53. Traffic lamp di Kobe


Gambar 54. Suasana di kota Kobe.


Gambar 55. Di sini kami have lunch. Samui (Dingin) !!


Gambar 56. Menu lunch: Udon


Gambar 57. Itadakimasu..! Dari kiri: Ranti (Indonesia), Tini (Malaysia), Mirasha (Malaysia), Andy (Australia), Nathan (Australia), and Zac (Australia).

Setelah lunch, kami melanjutkan perjalanan menuju Nojima dengan bus. Kami mengunjungi Erthquake Memorial Park. Museum Gempa Bumi. Gempa bumi pun dimuseumkan! 2 thumbs up for Japan. Ternyata di Kobe pernah terjadi gempa bumi pada tanggal 17 Januari 1995. Tepatnya di Hanshin-awaji-daishinsai. Korban meninggal sejumlah 6437 orang dan korban luka-luka sejumlah 43.792 orang.

Sesampai di hotel, saya bertemu kembali dengan kawan-kawan dari Insonesia,akhirnya setelah berpisah 2 hari. Kami mendiskusikan semua hal yang telah kami lihat dan kami jalani selama 2 hari dan selama study tour. Setelah berdiskusi lumayan lama, kami mengambil conclusion, bahwa kami harus bisa lebih mencintai dan menghargai tanah air Indonesia. Dan kenyataanya, kami memang semakin cinta Indonesia.

Kami juga membahas soal shalat Idul Adha. Untungnya kami menemukan tempat kosong untuk shalat di Hotel. Idul Adha di Negara orang terasa sepi dan hambar. Bila Idul Adha orang-orang sarapan dengan daging, kami tidak bisa. Karena menu utama sarapan adalah babi. Jadi kami biasa sarapan dengan roti atau nasi dengan sup miso. Hikmahnya, kami masih bisa melaksanakan shalat dengan keterbatasan kondisi dan situasi.


Gambar 58. Replika jalan dan kendaraan ketika gempa bumi terjadi.


Gambar 59. Jalur pergeseran lempeng.


Gambar 60. Replika tanah yang retak.


Gambar 61. Contoh rumah yang terkena gempa bumi.


Gambar 62. Meet again with all Indonesians.


Gambar 63. Suasana shalat Idul Adha (8 Desember 2008). Jama’ahnya dikiit, pada belum bangun soalnya.

Tanggal 8 Desember 2008

Study tour schedule hari ini adalah Kyoto. Pertama kami mengunjungi Kiyomizudera-Temple (kuil lagi) dengan bus. Scenery di sana view nya sangat indah. Pepohonan dengan sisa warna autumn membuat suasana winter menjadi lebih segar dan fresh. Udara tidak begitu dingin. Mungkin saya sudah mulai terbiasa.

Bedanya dengan kuil yang lain, tampaknya Kiyomizudera lebih cenderung menjadi objek wisata. Memang masih ada orang yang berdo’a, tetapi mayoritas merupakan turis dan pelajar-pelajar Jepang yang juga sedang study tour.

Di tengah kuil, kami dipersilakan untuk meminum air suci yang ‘katanya’ berkhasiat untuk mengabulkan segala macam permintaan. Kebetulan saya sedang haus, dan ingin mencoba. Saya tidak bisa merasakan karena ternyata airnya sangat dingin, beku rasanya. Kami minum dari gelas yang dipasangi batang panjang, jadi kami menadah air dari balik pagar dan setelah itu meminumnya. Kami melakukannya secara bergantian. Ada 7 stok gelas di sana. Setelah dipakai, gelas di masukkan ke dalam bilik sinar UV, jadi tidak perlu khawatir memakai gelas bekas orang lain karena gelas selalu dalam keadaan steril.

Setelah itu, kami diberi waktu 30 menit untuk belanja di pasar souvenir. Menurut volunteer, dari seluruh Jepang di sina lah pasar souvenir yang paling murah. Saya langsung bersemangat. Bersama yang lain saya berjalan menuju pasar souvenir dengan semangat ’45. Di tengah jalan, kami dihambat pemandangan-pemandangan indah, yang sudah pasti bikin tangan gatal kalau tidak cepat-cepat difoto. Setelah puas berfoto, kami melanjutkan untuk berbelanja. Dan benar, harganya di bawah harga di pasar souvenir di Kobe maupun Hiroshima.

Di Kyoto sangat menyenangkan. Di kota ini juga akhirnya saya menemukan sepeda motor. Sebelumnya saya tidak menemukan sepeda motor satu pun di tengah jalan. Kebanyakan masyarakat Jepang lebih prefer sepeda biasa daripada sepeda motor.

Setelah waktu habis, kami berkumpul lagi di bus dan berangkat menuju Arashiyama.


Gambar 64. Entrance kuil.


Gambar 65. Desain kuil ini tampak lebih rumit daripada kuil-kuil lain yang pernah saya kunjungi.


Gambar 66. Masih terasa sisa-sisa autumn.


Gambar 67. Salah satu dewa utama di kuil ini.


Gambar 67. Bekas-bekas dupa. ‘Katanya’, asapnya berkhasiat untuk mengabulkan permintaan.


Gambar 68. Beatiful scenery dari atas.


Gambar 69. Perjalanan menuju air suci.


Gambar 67. Ini dia tempat mengantri untuk minum air suci.


Gambar 68. Beginilah cara meminum air suci.


Gambar 69. Narsis sebentar sebelum shopping.


Gambar 70. Finally, motor bike.


Gambar 71. Let’s go shopping.

Sesampai di Arashiyama, kami tidak langsung jalan-jalan tapi have lunch dulu. Menu lunch kali ini adalah menu obento yang biasa dimakan masyarakat Jepang di siang hari. Setelah lunch, kami dibebaskan untuk berjalan-jalan sendiri selama 2 jam. Ternyata Arashiyama adalah kota kecil di Kyoto untuk berbelanja (lagi). Walaupun kecil, pemandangannya cukup menarik dan menyenangkan. Karena Arashiyama merupakan kota kecil di samping sungai besar. Jadi suasana alamnya masih sangat terasa.


Gambar 72. Toilet tradisional Jepang.


Gambar 73. Obento.


Gambar 74. Tempat kami have lunch.


Gambar 75. Sungai di samping kota Arashiyama.


Gambar 76. Arashiyama


Gambar 77. Becak di Jepang. (Tukang becaknya nggak kaya tukang becak Indonesia)


Gambar 78. Hirup pikuk Arashiyama. (ada pernikahan lagi)


Gambar 79. Arashiyama merupakan tempat yang biasa dipakai jalan-jalan.

Gambar 80. Berpose sebentar. Dari kiri: Ajeng (Jakarta), Pak Gatot (Indonesia), Amoii (Palembang), Ranti (Pare), Novi (Yogya), Jannah (Bogor), Intan (Semarang).



Gambar 81. Take a pic with Japanese cool volunteer. Yang memakai kacamata bernama Kelly san. Yang tidak memakai kacamata Yuu san.

Dari Arashiyama kami melanjutkan perjalanan menuju Rokuon-Ji Temple (kuil lagi, kuil lagi). Atau bisa disebut Golden Pavillion, karena bagian luar kuil ini dilapisi emas. Dan kuil ini konon pernah dijadikan tempat untuk latihan oleh para ninja. Nama popular kuil ini adalah Kinkajuji. Tahun 1220, kuil ini merupakan villa yang nyaman.

Gedung ini merupakan gabungan dari 3 tipe arsitektur. Lantai 1 adalah Sinden-zukuri, the palace style. Namanya adalah Ho-su-in. Lantai 2 adalah Buke-zukuri, model rumah para samurai, disebut Cho-on-do. Lantai 3 adalah Karayo atau Zen. Disebut Kukkyo-cho. Lantai 2 dan Lantai 3 dilapisi emas. Di bagian atap, terdapat patung phoenix emas.

Seperti biasa, orang membuat permohonan setelah melempar uang logam mereka ke altar. Bedanya, altar yang sekarang dipasang di tempat terbuka. Jadi, saya sungguh menyayangkan uang-uang logam yang bertebaran di sana. Sekaligus menahan diri untuk tidak mengambil uang-uang logam itu, hehe. J

Di dalam juga terdapat lagi kuil, namanya Fudo-do, untuk menhormati Dewa Api.Di dekat Fudo-do, terdapat kotak ramalan. Kita harus memasukkan uang logam 500 yen terlebih dahulu. Lucunya, kotak ramalan ini tersedia dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris.

Yang paling saya sukai, di belakang pasar souvenir saya menemukan lagi vending machine. Yang bikin tambah suka, harganya di bawah harga standard. Biasanya harga minuman vending machine 120 yen, yang ini Cuma 80-90 yen. Tentu saja saya langsung membeli satu, karena udara sudah lumayang dingin dan saya butuh sesuatu yang hangat untuk diminum.

Setelah waktu menunjukkan pukul 17.00 kami segera kembali ke bus untuk pulang ke hotel dan beristirahat. Sekaligus packing untuk tinggal bersama host family.


Gambar 82. Golden Pavilliun


Gambar 83.Golden Pavilliun dari jarak dekat.

No comments:

Post a Comment